Kali ini aku mau cerita tentang kesibukan baruku saat akhir pekan. Masak sambal setiap Sabtu-Minggu >.<, buat dijual. Kok bisa? Gimana ceritanya? Sebenarnya dulu tahun-tahun 2016, aku sudah pernah melakukannya, tapi karena mentalku lemah letih lesu, jadi aku berhenti. Sejak saat itu keinginan jualan makanan atau bikin warung online selalu membayangiku. Nggak di setiap waktu, sih. Tapi, tetap menjadi keinginan terpendam.
Lalu, sampailah kita pada tahun yang serba tidak pasti ini, tahun 2020. Tahun saat semua orang dipaksa untuk mengerem apa pun keinginan, rencana, mimpi, dan lainnya. Tahun pandemi. Mengharuskan kita sebisa mungkin di rumah aja. Aku yang setiap akhir pekan selalu jalan-jalan (raketung ke mal setempat doank, wkwkw), tentu saja cukup terpukul. Huhu. Apalagi ya tahun ini gajiku jujur nggak naik karena pandemi. Iya, sebagian darimu yang baca mungkin ada yang membatin, halah gitu doank, masih alhamdulillah kalik. Bersokoor bund bersokoor, hehe. Namun, ya, namun, kadar kendala yang dirasakan setiap manusia itu kan beda-beda, ya. Bagiku, gaji nggak naik itu lumayan membuat hari-hariku kelabu. Apalagi berbarengan Kakak K mulai masuk sekolah dasar, yang bagi kami biayanya lumayan. Harusnya agak santuy aja jika gaji naik *kumenangesss...membayangkan. Inilah ya realita dari ungkapan manusia hanya bisa berencana :'). Saatnya bergerak Bunddd, rapatkan barisaaan demo ke pemerintah.
Allah itu memang Maha Baik
Namun lagi ya namun lagi, Allah itu memang Maha Baik, terbaik pokoknya. Tiba-tiba ide untuk jualan sambal kembali membumbung tinggi. Trus, aku bilang ke diriku: kalau kali ini mau coba, harus kuat mentalnya, jangan tempe wkwkw. Terima semua masukan, perbaiki, jalan lagi! Widii, udah kayak Buntor lom seee? Bunda motivator, wkwk.
Dan, karena dukungan para sahabat, terutama atas izin suami (#istrisoleha2020), aku coba jualan sambal lagi. Sambal cumi sereh andalanku, salah sedikit masakanku yang dibilang enak sama Pak Baba, LOL. Nggak disangka-sangka ada looooo yang beliiiiiiiiii. Histeris njathil naik kuda lumping nggak siiiiiiih? Sekaligus deg-degan olahraga jantung, haduh takut kalau pada nggak cocok rasanya. Aku selalu tanya ke pembeli, apa kurangnya sambalku itu. Meski hati ini ringkih, rapuh, mudah terkoyak, tapi harus kukuat-kuatin untuk nerima dan belajar lagi :'). Alhamdulillah pada bilang cucok, dan nggak sedikit yang pesan lagiiii. Kumenangesss...membayangkan, betapa baiknya Alloh kepadaku :'). Terima kasih ya untukmu yang sudi jajan di Dapur Bundil.
Daftar Antrean Sambal
Teman-teman di instagram berduyun-duyun pada pesen sambalku, sampai aku bikin daftar antrean. Soalnya hanya bisa masak tiap akhir pekan. Makanya aku namai warungku Dapur Akhir Pekan Bundil, hehe. Trus, soal antrean ini aku dimarahi Ibuku. Fyi, Ibu kandungku memang pedagang ulung, doi punya toko alat jahit yang sudah belio kelola selama hampir 40 tahun :'). Makanya dia semangat tiap kali anaknya ada hasrat dagang, dan merepet saat aku bilang sekali bikin cuma bisa belasan, jadi ngantre. Serta-merta Ibuku ngegas, katanya ya gimana caranya harus dipenuhi itu permintaan pasar. Wow, baik, kenapa ke-ambi-an Ibuku tidak menurun kepadaku? :')
Jadi, untuk mempersingkat antrean, aku ngajakin tetanggaku, Bu Ajis yang dulu juga sempat kerja beres-beres di rumahku, buat bantuin. Tentu saja dia senang, apalagi era terdampak pandemi. Lagian, siapa sih yang nggak terdampak pandemiii? Fiuh.
Setelah ada Bu Ajis, aku bisa meningkatkan produksi *cieile*. Rekor masak 50 jar sambal dalam sehari. Ampun, boyokkuuuuu~ Ibuku sorak sorai mendengarnya, sedangkan boyokku semplok. HAHAHA. Maaf lebay, mungkin buat pengusaha katering jumlah segitu nggak berarti, tapi ini sebuah pencapaian bagiku :).
Dan, hari ini udah 2 bulan aku menjadi Kang Sambel, semoga nanti bisa kali Kang Sambel Naik Haji, wkwkw, aminn. Setelah kurenungkan, meski gajiku nggak jadi naik, tapi penghasilanku nambah :'). Yah, walaupun mungkin nggak seberapa, tapi bagiku uda lumayan banget. Apalagi didapat dari hal yang aku suka, yaitu masak. Nanges nggak sih? Ternyata benar kata Bapakku bahwa rejeki memang bisa datang dari pintu yang nggak disangka-sangka.
Foto di depan kulkas yang diupgrade, hasil jualan sambal Mamahnya :') |
Dari yang ngolah satu resep aja nyoba ribuan kali, kirim tester jutaan kali sampai sobatku Mba Intan bosen, kapan dijualnyaaa ngasih muluuuu? LOL. Sekarang aku udah lebih berani dan agak percaya diri. Bole juga ni jualan sambel jadi ajang aktualisasi diri yang cenderung malprestasi ini :'). Banyak belajar juga dari teman-teman yang udah pada punya warung online duluan. Terima kasih teman-teman, you know who you are!
Sekarang, aku nggak hanya jual Sambal Cumi Sereh, tetapi juga Sambal Ebi, Sambal Tongkol Belimbing, dan Bandeng Presto Oma. Menu terakhir adalah hasta karya Ibu Mertuaku. Jujur bandeng buatan Ibu Mertuaku super gurih dan wangi. Aku bertugas bikin sambal terasinya dan packing-packing aja (yang ternyata ribet banget wkwkkw), demi #mantusoleha2020.
Yah, sejauh ini sih, aku masih KJDA alias Ku Jalani Dulu Aja. Take it slow semampunya, karena jujur energiku juga terbatas sembari kerja di kantor dan mengurus keluarga. Nggak terbayang orang-orang yang punya usaha katering beneran itu, gimana ya keadaan boyoknya? Wkwk. Sungguh mayan juga pengorbanan boyok ini, yang selalu digas maning sama Ibuku, "Yo ngono kui cenan nek golek duit!" Zzz :))).
Thankyou karyawanku yang paling kucinta, petugas packingku, ahaha. |
Semoga rejekiku dan rejekimu selalu dilancarkan ya, biar bisa jajan di Dapur Akhir Pekan Bundil, ehehe. Salah satu tindakan mendukung perekonomian rakyat, loh, Bunda :D. Mampir ya ke warungku, di sini.
Dah, sementara segini dulu ceritanya, ya. Anw, beneran semoga rejeki kita terutama kesehatan selalu dilimpahi oleh Allah :). Makan sambal bikin nagih, sehat selalu terima kasih!
Love,
0 komentar:
Posting Komentar