[Jalan-jalan] Family Trip Singapura-Malaysia 2022 (Part 2)


Setelah jalan-jalan menikmati kecanggihan dan modernitas Bandara Changi dan Mal Jewel, saatnya kami menuju kota dengan MRT yang ada di terminal 2.

Baca juga part 1-nya di sini: Merayakan 10 Tahun Pernikahan dengan Family Trip Singapura Malaysia 2022

Kami memesan hotel bintang 3 di daerah Bugis, namanya  Hotel Oxford. Hotel ini bisa dijangkau dengan MRT dari bandara dan turun di Stasiun Bugis atau bisa juga Stasiun Bras Basah. Tapi, kalau yang turun di Bras Basah agak ribet transitnya, jadi kami pilih turun di Stasiun Bugis. Meski jalannya agak lebih jauh, sekitar 700 meter, tetapi bisa sambil lihat-lihat daerah keramaian Bugis, dan mampir makan. Di sinilah saatnya stroller untuk Bocil bekerja, ya, Bun! Aku menyewa stroller Chocolate I-Sport, yang menurutku lebih compact dan asik banget dibanding Pockit Minima yang dulu sempat kubawa pas ke Eropa. Meskipun, kekurangannya nggak bisa direbahkan. Untuk anak usia 4 tahun sih, nggak terlalu masalah ya, karena udah bisa tidur sambil duduk, hehe.

Makan chicken rice di foodcourt dekat hotel, "cuma" SGD 3,5



Baca juga: Bonjour Paris, Menara Eiffel  

Karena kami takut kejadian di hotel Paris dulu terjadi lagi (nggak boleh masuk karena bawa dua anak), jadi di Singapura ini kami benar-benar pilih yang sekamar boleh diisi 4 orang (2 dewasa 2 anak). Ini memang bikin pilihannya lebih sedikit dan lebih mahal, ya. Tapi, nggak apalah. Kamar triple di Hotel Oxford ini kami pesan dengan harga IDR 2,4  juta/malam. Bisa buat nginep di Tentrem Hotel Jogja banget, nggak sih, nangess 😭😭😭. Mau gimana lagi, kami pesannya H-2, wkwk. Sepertinya kalau lebih siap jauh-jauh hari, bisalah dapat hotel yang sejutaan. Hotel-hotel di Singapura muahal-muahal ya Allah, apalagi pas high season akhir tahun. Kami hanya bisa menerima nasib, hehe.


Meski begitu, hotel ini cukup bestdeal, secara lokasi dan kenyamanan, kok. Meski penuh aura kejadulan, wkwkw, kamarnya cukup bersih, 1 double bed dan 1  single bednya juga nyaman. Kamar mandinya juga bersih dan showernya mantap! Yang bikin keki adalah closet keringnya, huhuhu. Jujur, lupa banget kalau si Singapur itu WC-nya tanpa bidet semua, hiks. Jadi, siap-siapin aja tisu basah ya, yang nggak terbiasa cebok kering, auto sugesti gatel, njir, wkwkw.

Merlion Park

Sorenya, kami jalan ke Merlion Park (tentunya mandatory turisi yaaa). Dari Hotel, kami cukup jalan kaki 100 meter ke halte bus terdekat (Bras Basah) dan turun di halte yang dekat dengan Merlion Park. Merlion Park sore itu ruameeee puoooool. Bye banget foto-foto tanpa begron orang, hehehe. Nggak masalah, we like people!! Hahaha. Daripada suasana sunyi sepi seperti saat kami ke Bali akhir tahun 2021 lalu, emang lebih semarak kalau ramaiii. 




Nggak lama menikmati suasana Merlion, hujan tiba-tiba turun deras. Nggak ngerti, tapi 2 kali ke Merlion selalu dapet hujan. Semua orang langsung bubar kalang kabut mencari tempat berteduh, termasuk kami. Kami berteduh agak lama di pertokoan sekitar. Sebenarnya kami sudah sedia payung dan mantel plastik, tapi kayaknya hujan angin begini akan sulit diatasi.

Saat ngemper nunggu hujan


Mal ION

Setelah agak reda, kami melanjutkan perjalanan ke Orchard Street dengan bus. Untuk menuju halte, kami masih harus memakai payung dan mantel plastik Indomaret seharga IDR 11.500, wkwk. Lumayan berjasa juga mereka. Perjalanan meski dekat, cukup lama karena macettt. Kanan kiri kami adalah mal lagi mal lagi, tempat favorit kami, wkwk. Kami memilih turun di halte ION Mal dan masuk ke mal-nya. Nggak ada alasan khusus, yang penting dekat dengan halte. Setelah drama kehujanan yang membuat penampilan kami cukup terlihat gembel, memasuki mal ini bikin makin tambah ngerasa gelandangan, wkwkkw. Lagi lagi, mal ini ruameee poool. Semua gerai makanan nguantre pwoool.

Kami memutuskan makan malam di sini sekalian, tentunya sambil lihat-lihat menu yang cukup terjangkau, ya. Kalau harga rata-rata makan di mal ini sekitar $10-$15/porsi, yang jika dikurskan ke rupiah membuatku ingin semaput. Maka, kami pun mencari cara agar bisa makan "murah" di ION. Akhirnya kami menemukan konter Thori-Q (semacam yakitori) dan makan di sana. Ini juga dengan trik, ya. Kami hanya pesan 3 nasi dengan 5 tusuk sate, tentunya lebih murah daripada membeli paket nasinya yang seharga $8/set. Pak Baba bangga pol dengan trik yang menghasilkan makan kenyang $15 berempat ini, haha.



Agak sedih ya, daritadi berusaha hemat terus, hiks. Bahkan kami memutuskan di Singapura cukup satu malam saja, karena alasan serba mahal. Boro-boro ke Universal Studio 😂😂😂. Meski tadinya ada niatan, tapi setelah mengukur dan menghitung bahwa kami akan menghabiskan liburan selama 7 hari, itu artinya pengeluaran dikali 7 hari untuk 4 orang, alhamdulillah kesadaran biaya itu muncul di detik terakhir. Padahal tadinya kayak udah niat, nggak apa-apa sekali-sekalilah, biar anak-anak happy. Setelah dipikir-pikir lagi, sepertinya nggak worthit dengan bujet, antrean, dan energinya (tiket saat kami datang adalah paket natal seharga 1jutaan/orang). Apalagi, aku tim yang penakut nggak akan naik wahana extrim apa pun, LOL. Apalagi ternyata, anak-anakku udah seneng banget diajak naik MRT dan bus kota, wkwkw.




Nggak apa-apa kisah hemat di hari libur ini ditulis, siapa tahu buat kenang-kenangan saat nanti udah jadi sultan. Meski ... kapaaaaaan? 😂😂


See you di Part 3,



CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top