[Jalan-jalan] Bonjour, Paris! Gerak Jalan Menuju Louvre dan Sekitarnya (Part 3)


Kemarin kami telah sukses melihat ikon tersohor kota Paris, Menara Eiffel. Pada hari kedua kami kembali menjelajah kota. Museum Louvre jadi tujuan utama. Acara jalan-jalannya bakalan lebih panjang dari hari pertama, nih🙈.

Baca juga: Bonjour Paris, Menara Eiffel! (Part 2)

Tadinya kami ingin mencoba naik bus karena trauma banget kemarin gotong stroller di stasiun metro. Setelah ngebungkus bekal dulu di Mc Donald sebelah hotel, kami bergegas menuju halte bus. Sayangnya, setelah mempelajari rute bus dan menunggu, kendaraan umum itu tak kunjung datang. Menunggu di halte pinggir jalan pun rasanya nggak nyaman karena ramai dan bau (rokok dan pesing), hiks. Saking lamanya, jadi nggak pede dengan keputusan yang kami ambil. Jangan-jangan salah halte? Daripada kelamaan, akhirnya kami putuskan untuk naik metro lagi. Assalamualaikum, naik-turun tangga gotong stroller 😭.

Restoran Indonesia Paris

Hari itu kami (tepatnya Pak Baba yang urus rute dengan persetujuanku), rute kami adalah: Restoran Indonesia Paris-Louvre-Le JardinTuileries-Arch de Triomphe. Kami menuju stasiun metro yang terdekat dengan Restoran Indonesia Paris. Menuju resto itu tentunya kami berjalan kaki lagi, yakin aku bakalan kurus pulang-pulang dari Eropa (jebul kenyataan berkata lain 😔). 

Meski pegel berjalan kaki, aku cukup menikmati perjalanan dari stasiun metro ke restoran. Kami melewati cafe-cafe yang "Paris banget". Melihatnya aja udah ikut senang, haha. Melalui beberapa ruas jalan, tibalah kami di Restoran Indonesia. Mengapa memilih makan di resto Indonesia, alih-alih kafe khas Paris? Karena sekalian ada urusan. Selengkapnya tentang resto sudah pernah kutulis di post yang lalu.

Baca juga: Rekomendasi Makan Murah di Paris.


Museum Louvre

Setelah kenyang (yang nggak kenyang banget karena hemat, wkwk), kami lanjut ke tujuan berikutnya, Museum Louvre. (((Dengan berjalan kaki))). Wah, kayaknya aku dikerjain Pak Baba, deh. Katanya deket, kok. Katanya dia masih ingat jalan menuju ke sana. Zzz. Jebul jauh banget, Yatuhan, ampuni segala dosaku. Kami lagi-lagi melewati deretan kafe di tengah teriknya matahari Paris. Kami juga melewati kembali Sungai Seine melalui Jembatan Pont des Arts. Indah memang indah, tapi kakiku checkout-checkout. Jujur, aku kagum pada Ananda 1, Si Kakak. Meski berkali-kali nanya kapan sampai, dia kuat jalan!





Alhamdulillah akhirnya sampai juga di Museum Louvre. Tentu saja kami nggak masuk ke museumnya (sudah hafal kan, apa alasannya?) 😉. Kami hanya melihat-lihat di halamannya yang luas banget. Duh, maaf ya kalau cerita ini minim edukasi sejarah atau info lainnya, haha. Kami leren-leren sebentar dan foto-foto sebelum melanjutkan gerak jalan sehat ke Jardin (taman) Tuileries. Coba saat itu aku udah pakai jam penghitung step yah? Pasti udah jebol tu kalkulator step di jam, wkwk.





Le Jardin Tuileries

Taman ini membuatku merasakan aura luwar negeri yang begitu kental. Banyak orang yang kelekaran, bersantai, memadu kasih di rerumputan. Banyak juga bangku taman baik model bangku panjang maupun kursi malas. Dan, hebohnya sedang ada semacam festival (semacam pasar malam dengan berbagai wahana kalau di Indonesia) di bagian pinggir taman. 

Kami mencari spot terbaik untuk berteduh dari sengatan matahari, sementara Si Kakak udah gelisah mencuri pandang ke arah festival. Hmm, sebagai Bundadari yang selalu memahami keinginan anak melalui telepati, aku menawarinya bermain. Tentu saja kami pilih yang termurah, yaitu komidi putar seharga 3 euro. Untung mas-mas operatornya seganteng Justin Bieber. Jadi, Ibunda ikhlas hati 😍.


Selain wahana berbayar di festival, Si Kakak juga main di playground setempat. yoi, taman bermain umum tersebar di mana-mana. Puaslah kakak main-main di sini. Haus dahaga pun tak mengapa karena kita bisa ngglegek air keran gratisan sepuasnya (termasuk refil banyak-banyak di tumbler 😊).


Arch de Triomphe

Pasukan gerak jalan lanjut lagi. Yok, bisa, yok!!! Kami melalui jalanan di pinggir taman yang penuh bledug dengan tujuan Arch de Triomphe, bangunan  yang berbentuk seperti gapura raksasa (salah satu ikon Paris selain Eiffel). Kali ini kami melewati pusat perbelanjaan dengan brand-brand terkenal di dunia. Jujur, cuma lewat. Mau masuk keder amat, takut dikira pemulung. Jadi, foto-foto aja secukupnya. The Ansharis were here. 



Sayangnya setengah perjalanan menuju Arch de Triomphe, kami berencana menyerah. Mau mencari jalur metro pun sudah kehabisan energi banget diserap hawa panas. Kakak dan Adik sudah kelelahan. Adik tidur di stroller, sedangkan Kakak bolak-balik minta digendong. Baiklah, kami memang harus mengalah.

Akhirnya kami putuskan kembali ke hotel dengan metro. Mungkin lain kali kami bisa melihat langsung Arch de Triomphe, yah. Amin!

Jalan-jalan hari kedua di Paris saat itu ditutup dengan kaki sempoyongan, tapi hati senang penuh kenangan.

Bersambung ke Part 4
Baca juga: Part 1 dan Part 2

Love,











CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top