[Jalan-jalan] Bonjour, Paris! Jardin Villemin Sebelum Berangkat ke Jerman (Part 4)


Hari terakhir di Paris antara sedih dan senang. Sedih karena kami akan ninggalin kota cantik ini, padahal baru sedikit banget tempat yang kami kunjungin. Namun, kami juga senang karena akan menuju Jerman, rumah kakakku. Nggak sabar menantikan perbaikan gizi setelah selama 3 hari makan kentang goreng melulu😁.

Kereta kami ke Frankfurt, Jerman dijadwalkan pukul 15.00 waktu Paris. Jadi, hari terakhir ini memang tidak begitu banyak waktu. Kami putuskan untuk sarapan sambil main-main di playground terdekat aja. Sarapannya? Tentu saja kentang goreng Mekdonal lagi, LOL. Oh, sama croisant cintaku yang beli di Monop, minimarket bawah hotel. 

Mulai pagi kami mengemasi barang-barang lalu menitipkan koper di hotel sebelum check out. Taman yang menjadi tujuan kami nggak jauh dari hotel, jadi nggak ada masalah jalan kaki. Lagipula, rasanya udah kebal setelah ditempa latihan militer selama dua hari lalu, wkwk.



Le Jardin Villemin


Di jardin ini ada playground yang cukup luas untuk anak-anak. Ananda 1 dan 2 senang banget bisa main-main di sini. Begitu pula dengan Ibunda yang masa kecilnya tiada playground selain yun-yunan di bawah pohon jambu.




Sembari memantau Si Kakak main, aku menyuapi Adik di sini. Kami membawa air panas dari hotel untuk menyeduh makanan Adik yang saat itu belum bisa makan nasi. Setelah puas main-main di playground yang semribit, kami masuk lebih jauh ke dalam taman dan menemukan banyak semak juga area rumput untuk piknik. Banyak warga yang berleha-leha di area ini. Kami pun ikut-ikutan biar serasa budaya barat banget gitu, loh! 😂.





Stasiun Gare de l'Est


Karena takut terlambat naik kereta, kami putuskan datang lebih awal. Pak Baba berjalan mengambil koper ke hotel, sedangkan kami menunggu di selasar stasiun. Jujur deg-degan. Biasanya sih, aku akan biasa saja ditinggal bersama anak-anak begini. Namun, rasanya lain aja saat di Paris. Kami sering mendengar selentingan tentang banyaknya copet di kota ini. Memang sih, penampilan kami mungkin bikin copet aja nggak napsu, wkwk, tapi tetep aja was-was. Apalagi, ponsel kami nggak aktif karena hanya tergantung wifi gratis. 


Pernah saat itu di stasiun bandara Paris ada momen seperti ini juga. Pak Baba meninggalkan kami untuk mencari tahu rute kereta ke kota. Koper dan anak-anak ada di aku. Pada saat yang sama, Ananda 1 kebelet beol 😔. Dilemanya ya Tuhan. Mau nganterin beol harus bawa koper dan Ananda 2, belum lagi takut nanti Pak Baba nggak bisa nemuin kami. Kakak semakin kebelet sampai gesturnya aneh banget. Sementara itu Pak Baba tak kunjung datang. Karena nggak tega, aku sampai bilang, "Udah Kak, nggak apa-apa kalau mau beol di celana 😭." Lalu dijawab sama Kakak, "Enggak Ma, aku udah besar, aku harus kuat." Ekspresi dan posenya udah kasihan banget. Antara mau ngakak sekaligus nangesss.

Akhirnya setelah pikiran melanglang buana di otakku mengingat kejadian itu, kulihat Pak Baba berjalan dari kejauhan menuju tempat kami menunggu. Leganyaaa~

Kami segera masuk ke dalam stasiun dan menunggu kereta kami siap berangkat. Ini juga pakai was-was. Kami takut aja kelewat infonya karena kereta hanya berhenti sesaat lalu berangkat lagi. Takut juga salah kereta atau apa.



Alhamdulillah nggak kejadian sih, kami masuk kereta dan siap melaju ke Frankfurt! Yey, senangnya! Saat belum tahu bahwa di dalam kereta Adik benar-benar njathil tak terkontrol pengin merangkak terus ke mana-mana. Boyokkuuuu~

Bonjour, Paris! Series tamat di sini, yah. Cerita berikutnya akan berisi tentang Frankfurt, Jerman.

Baca juga: Bonjour, Paris! Part 1, Part 2, Part 3

Merci,








CONVERSATION

0 komentar:

Posting Komentar

Back
to top